Selasa, 04 November 2008

Faktor Medis dan Psikososial yang Menstimulasi Pembentukan Jiwa Pria Homoseksual


-Ini adalah salah satu karya tulis ilmiah saya yang pernah dipresentasikan di tingkat nasional  dan alhamdulilah berhasil menjadi juara 5 nasional-

RINGKASAN

Jika ditelaah dari sejarah peradaban Islam, fenomena penyimpangan seksual yaitu kaum homoseksual, sudah ada sejak masa Nabi Luth AS. Adapun ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena tersebut terdapat pada QS AL-A’raf 80-84. Homoseksualitas merupakan masalah yang kompleks dan multifaktorial. Hal ini berkaitan dengan orientasi seksual yang terdiri dari berbagai variabel yaitu perpaduan faktor medis dan psikosial. Faktor medis yang berkaitan dengan pembentukan jiwa homoseksual adalah sinyal feromon, sedangkan faktor psikososial adalah pengaruh lingkungan, pendidikan, asuhan keluarga, stigma masyarakat. Aktivitas seksual dari pria homoseksual ini salah satunya melalui hubungan seksual melalui anus. Akibat aktivitas seksual seperti itu, kaum gay beresiko yang tinggi terhadap berbagai infeksi menular seksual. Perdebatan mengenai penerimaan dan pelegalan homoseksual di berbagai negara masih bergejolak bahkan di negara Eropa, Europian Union. Dalam hal ini, perdebatan bisa dilihat dari dua aspek konsep, yaitu konsep sosial tradisional dan sosial egalitarian. Berdasarkan konsep tradisional, masyarakat menolak kehadiran kaum homoseksual. Sedangkan berdasarkan konsep sosial egalitarian, kaum homoseksual memiliki hak untuk berbaur dalam masyarakat seutuhnya. 

Deskripsi Karya Tulis ini secara singkat :

Faktor Medis yang Mempengaruhi Pembentukan Jiwa Pria Homoseksual

D.F Swaab melakukan eksperimen yang patut diperhatikan pada tahun 1990. Eksperimen ini adalah data pertama yang menyatakan perbedaan fisiologis dalam struktur anatomi otak dari populasi gay. Swaab menemukan dalam penelitian post mortem otak homoseksual memiliki perbedaan sturktur dengan otak manusia heteroseksual. Hypothalamus adalah bagian dari otak manusia yang secara langsung berkaitan dengan fungsi seksual. Dalam otak homoseksual ditemukan bagian kecil hypotalamus yang dinamakan suprachiasmatic nucleus (SCN), ditemukan dua kali lebih besar dari bagian SCN heteroseksual.
Berdasarkan percobaan pada binatang, pemilihan partner seksual sangat dipengaruhi oleh sinyal feromon, yang diproses laki-laki maupun perempuan di daerah hipotalamus anterior. Pada hewan, sinyal feromon dikirim ke hipotalamus anterior dari organ penciuman melalui nervus olfaktori. Bahan pembentuk feromon pada manusia adalah derivat testosteron 4,16-androstadien-3-one (AND) dan Estrogen - like steroid estra -1,3,5(10),16-tetraen-3-ol (EST). AND terutama dideteksi pada keringat laki-laki, sedangkan EST pada urin perempuan. Pada uji tomografi emisi positron, penciuman terhadap AND dan EST mengaktifkan area anterior hypothalamus yang berkaitan dengan seksual. Pada studi lainnya, diteliti tentang pola aktivasi yang diinduksi AND dan EST antara pria homoseksual, pria heteroseksual, dan wania heteroseksual. Pria homoseksual menunjukkan aktivasi hipotalamus dalam merespon AND. Hasil ini dengan reaksi pada wanita heteroseksual dan berkebalikan dengan pria heteroseksual. Aktivasi maksimal ditemukan di medial preoptic area atau hipotalamus anterior, dan pada percobaan hewan, area ini berkaitan dengan perilaku seksual.

Faktor Psikososial yang Mempengaruhi Pembentukan Jiwa Pria Homoseksual

Homoseksual pernah disebutkan oleh American Psychological Association (APA) sebagai sebuah mental disorder. Setelah diteliti tentang penyebab, asal-usul dan perkembangannya, maka kaum homoseksual dikeluarkan dari daftar diagnosis dan kelainan. Yang sedang diperdebatkan sekarang adalah apakah homoseksualitas merupakan sesuatu hal yang terjadi akibat dari lingkungan seseorang atau malah dari bawaan genetik seseorang. Perdebatan tersebut sangatlah kuat, karena dari masing-masing sisi tersebut memiliki laboratorium penelitian tersendiri yang dapat membuktikan pendapat masing-masing. Sebagai contoh adalah teori biologi beragumentasi bahwa seekor monyet dan anak-anak diperlakukan secara sama dan dibesarkan dalam lingkungan yang sama, akan berkembang berbeda. Di sisi lain teori sosial menjelaskan bahwa anak kembar identik pun yang diperlakukan sama akan berkembang secara berbeda sampai umur 18 tahun.

Dalam perdebatan tentang orientasi seksual, banyak hal yang belum diketahui. Namun APA menyatakan bawah orientasi seksual bukanlah suatu pilihan tapi lebih merupakan suatu hal yang muncul dari hampir kebanyakan orang pada masa remaja awal yang belum mempunyai pengalaman seksual. Teori sosial berargumen bahwa pendidikan dan asuhan terhadap seseorang akan mempengaruhi secara langsung terhadap orientasi seksualnya. Aspek moral juga dikaitkan dalam perdebatan tentang homoseksual. Tapi tujuan dari penelitian ini adalah bukan untuk membuktikan apakah homoseksual itu benar atau salah, tapi lebih cenderung untuk membangun pemahaman yang cermat dari teori biologis dan sosial yang disinyalir dapat menjadi faktor causa homoseksual.

Karen Hooker menyatakan tes psikologis pertama adalah untuk mengetes determinan biologis pada tahun1957, yang diprakarsai dari National Institute of Mental Health. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan di antara homoseksual dan perkembangan psikologis. Hooker mempelajari baik homoseksual dan heteroseksual. Kedua grup tersebut dipasangkan menurut umur, Intelligence Quotient (IQ) dan tingkat pendidikan lalu diarahkan pada tiga tes psikologis. Tes tersebut adalah Rorschach, Thematic Apperception Test (TAT) dan Make A Picture Story Test (MAPS), dan hasilnya dianalisis oleh psikolog lalu hasil akhirnya ditabulasikan. Hasil dari eksperimen Hooker adalah tidak ditemukannya perbedaan signifikan dari jawaban-jawaban dalam ketiga tes tersebut. Karena kedua grup memiliki skor yang hampir sama. Ia menyimpulkan tidak ada korelasi antara determinan sosial dengan seksualitas.
Sebagai hasil penemuan Hooker, pada tahun 1973 APA menyingkirkan homoseksualitas dari daftar diagnosis kelainan psikologikal. Pada tahun 1975 APA merilis sebuah pernyataan bahwa homoseksualitas bukanlah gangguan kejiwaan. Dua puluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 1994, akhirnya APA mengeluarkan definisi tentang homoseksual. Homoseksual adalah bukan penyakit gangguan mental atau keburukan moral. Homoseksual adalah salah satu bagian dari cara komunitas mengekspresikan kecintaan dan seksualitas.
Selain hal di atas, hubungan keluarga yang tidak harmonis, yang dikaitkan dengan pertengakaran dan ketegangan dalam keluarga merupakan sumber stress yang umun bagi anak-anak dalam negara maju. Perpecahan keluarga seperti perceraian orang tua mempengaruhi perkembangan anak-anak. Jelasnya, tidak hanya perpisahan itu sendiri tetapi periode yang panjang dan perselisihan dan banyaknya ketidakharmonisan yang akhirnya menimbulkan gangguan emosi pada anak. Studi mengenai pengaruh emosional karena tidak adanya sosok ayah merupakan salah satu variabel dalam memahami kejadian homoseksual. Hubungan emosional ayah-anak dan ibu-anak, diukur dalam kadar keintiman dan intimidasi pada laki-laki di Kanada. Hasil mengindikasikan bahwa laki-laki yang mengidentikasikan mereka sebagai gay menunjukkan kadar keintiman yang rendah dengan ayahnya. Efeknya mereka berperilaku seperti perempuan seperti menggunakan pakaian perempuan, bermain boneka, dan melakukan aktivitas lainnya yang bertentangan dengan jenis kelaminnya. Dengan adanya hasil ini maka teori ”weak father” dan pentingnya hubungan emosional dalam psikoseksual perkembangan gender berpengaruh terhadap keberadaan homoseksual.


Anal Sex pada Kaum Homoseksual

Anal seks merupakan aktivitas seksual yang melibatkan pantat. Dalam artian tertentu, berarti salah satu tipe hubungan seksual di mana penis ke dalam anus. Hal ini sering juga disbut rectal sex. 

Hubungan seksual melalui anus dapat memuaskan baik pihak insertif maupun reseptif. Di pihak reseptif, kepuasan berkaitan dengan pembagian dinding rectum dan vagina (pada perempuan) seperti G-Spot pada atau prostat (pada laki-kaki). Bagi pihak insertif, ruang anus yang sempit merupakan sumber kepuasan dalam penetrasi anal seks. Stretching dari anus dapat menstimulasi saraf-saraf di sekitar anus sehingga menimbulkan kepuasan bagi yang melakukannya.

Telah diketahui bahwa tubuh manusia tidak dikondisikan untuk melakukan hubungan seksual melalui anal. Rektum sendiri sangatlah berbeda bila dibandingkan dengan vagina yang memang dirancang untuk dapat menerima penetrasi dari penis. Vagina secara alamiah memiliki cairan pelumas dan diperkuat oleh beberapa lapisan otot yang memungkinkan untuk penetrasi penis. Permukaan membran mukosa vagina dilapisi oleh sel epitel pipih bertingkat yang dapat menahan gesekan dari penis sehingga tidak akan terjadi kerusakan serta dapat meminimalisir aksi immunologis karena masuknya sperma atau semen. Sedangkan anus adalah saluran yang sangat sensitif dan dirancang hanya untuk saluran pengeluaran. Dengan trauma atau gesekan yang berulang-ulang dapat membuat membran mukosa rektum terluka dan langsung berhubungan saluran perdarahan, Hal inilah yang meningkatkan insidensi infeksi menular seksual.


Yap ringkasan ini kira meng-cover keseluruhan isi karya tulis sebesar 40 %...

Ribed? Yeaa.. Emang Ribedd...

Tapi asyik juga kok nulis tentang Hmoseksual coz' uniQue bangedhhh..


Ingin membacanya dengan lengkap?

Hubungi Q aja secara langsung OK!

ANY COMMENTS????

Thanks

Regards, 

Rizki Hapza Nugra

[The Clone of Homer Simpsons]

4 komentar:

  1. Artikel anda di

    http://psikologi.infogue.com/faktor_medis_dan_psikososial_yang_menstimulasi_pembentukan_jiwa_pria_homoseksual

    promosikan artikel anda di infoGue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur info cinema, game online & kamus untuk para netter Indonesia. Salam!

    BalasHapus
  2. setuju banget kalo homoseksual menarik untuk dibahas...kebetulan aku lagi nyusun skripsi tentang stres dan coping stres gay lho..hehehehee...

    sekarang ini lagi bab 1 - 3.. ^^

    thx ya infonya..sangat membantu :)

    salam kenal ^^v

    BalasHapus
  3. wahhh.. baru nyadar ada komentar ini.. hehe..

    syukur kalo artikel ini bermanfaat..

    BalasHapus
  4. wah kebetulan saya lagi nyusun skripsi mengenai homososeksual, boleh donk kalau saya lihat full version karya tulisnya buat jadi referensi. terima kasih. email saya supergunz96@gmail.com

    BalasHapus